Berbilang bulan
berhitung tahun menggenapi angka lima dalam rangkaian cerita, tak terasa kisah
mulai tak berwarna. Sibuyung dari kecamatan antah berantah kian larut dalam
cerita, terkenang kisah berantai rasa mengingat sesosok gadis muda di kecamatan
tetangga, sebut saja namanya bunga. Sosok yang lembut budi pekerti, sholeha dan
elok rupanya.Simata elang begitu buyung sebut bunga, berawal dari tapapannya
yang tajam dan mempesona membuat debaran jantung sibuyung terasa berdetak cepat
tak beraturan seketika.
Sejak lima
tahun silam saling mengenal, dimulai kisah dalam pelatihan sederhana. Kelelahan
hilang dengan tatapan ditambah meronanya sebuah senyuman. Sore itu terlihat
cerah, di lokasi buyung buat pelatihan, tiba-tiba buyung menatap dengan
kebingungan, melihat sesosok tatapan dari kejauhan. Siapa dia hati buyung kian
bertanya, seakan bingung dengan apa yang dia rasa. Hingga malam terakhir dari
sebuah acara buyung kembali di kejutkan dengan sapaan seorang bunga. Bagaimana
tidak, buyung yang selama ini tak pernah terima kritikan karena disegani dengan
jabatan ketua, namun malam itu secara tiba-tiba sebuah kritik sederhana
menghujam rasa. Kritikan itu dari sesosok wanita dari sudut musholla, ternyata
dialah si Bunga.
Terhitung sejak
pelatihan itu buyung kian tersentuh rasa, meski tak dapat dimaknai namun
membuatnya kian bertanya tentang sosok yang baru saja di kenalnya. Tak kuasa
dengan penasarannya yang kian mendalam, buyung pun berusaha mencari di database
peserta acara. Pelan-pelan akhirnya ketemu jua, langsung dicatat nomor hapenya.
Pasca itu si Buyung semakin sering menghubungi bunga hingga silaturrahim pun
terus terjalin dengan baik, tak kuasa ternyata buyung mulai jatuh hati pada si
Bunga.
Meski awalnya hanya
sebatas komunikasi lewat telepon genggamnya, seiring waktu Buyung semakin
sering berkunjung ke rumah bunga. Buyung mencoba untuk selalu hadir dikala
Bunga membutuhkannya. Sehingga bara rasa kian memukau jiwa. Uraian kisah asmara
pun kian mewarnai hari buyung, hingga kasmaran kian melanda. Meski hati terus
berbunga-bunga, namun Buyung tak pernah mengungkapkan langsung isi hatinya
kepada si Bunga.
Sang waktu yang
terus mengalun, jarak pun harus terbentang, buyung melaju ke ibukota melanjutkan
langkah menggapai cita-cita. Namun jauh dimata dekat di hati, untaian pepatah
mulai mengatakannya. Sebelum melaju buyung berkata :”ku tunggu dikau wahai
adinda di ibu kota tanoh iskandar muda.” Ungkapan itupun mengiringi langkah
buyung ke ibukota.
Meski kini jauh
dimata, komunikasi terus berjalan seperti biasa. Walau tak jarang perseteruan
terjadi diantara kedua nya, bahkan
sering si Buyung mencoba sabar dengan si Bunga. Setahun akhirnya si Bunga juga
hadir di ibukota bumi rencong pusaka, harapan Buyung untuk bersama dalam
mengarungi pertualangan di perantauan ibukota.
Di perantauan
berawal indah dikala si Bunga terlihat beri harapan, Buyung berencana ungkapkan
semua isi hati yang terpendam lama, bahkan hampir tak kuasa Buyung menahan rasa
yang tersimpan di dalam jiwa. Segenap
kisah terus teruntai, semangat Buyung pun kian menggebu menghadirkan sebuah
motivasi di dalam diri. “Aku akan lakukan yang terbaik untukmu, tunjukkan bahwa
ku mampu memberikan sesuatu yang bermakna dalam hidupmu, ku akan buat dirimu
bangga dengan ku” sering ungkapan itu menyelimuti lamunan Buyung padahal dia
belum pernah untaikan rasa cintanya kepada Bunga dan hanya mampu bercerita pada
teman-teman Bunga yang juga dekat dengannya.
Memang bagi
Buyung untuk mengungkapkan cintanya langsung pada si Bunga terasa berat, Buyung
yang di kenal dengan vokalnya dalam bicara dan tak jarang lagi menggema
lantunan orasinya ternyata juga tak mampu berbicara rasa pada si Bunga, bahkan
dia biarkan memendam semua rasa yang terpendam di dalam jiwa. Seakan Buyung
terbungkam jika berjumpa bunga, retorika, analogika bahkan cakologi buyung
terhenti di depan Bunga. Semua harapan akan hubungan juga tak jadi realita.
Pertemuan di
suatu sore yang cerah, seakan beri isyarat akhir cerita. Di sebuah jalan buyung
bertemu Bunga, sambil menyerah beberapa buku bacaannya, namun hanya khabar yang
ditanya dan beberapa nasihat saja. Bunga berbalik ke kediamannya, menelusuri
gang-gang yang Buyung tak tau tempat tinggal Bunga. Buyung berencana
menghampiri Bunga untuk mengungkap cinta dan lara, namun saying bunga seakan
hilang seketika di antara lorong-lorong dan Gang-gang yang ada disana. Buyung
mencoba mencari, namun semua tiada arti, sosok gadis itupun tak lagi ditemui.
Lagi-lagi kesempatan yang ada terlewatkan begitu saja.
Beberapa malam
kemudian sebuah sms bunga menghampiri Hape Buyung,”kanda sudahlah mungkin kita
punya jalan terbaik, saya hanya anggap kanda sebagai abang semata, makanya kita
harus hapus semua rasa yang mungkin tercipta dalam cerita kita,” ungkap Bunga melalui
pesan singkatnya. Terhenyak jiwa Buyung seketika, buyung bingung bercampur
resah. Seakan bathin nya hancur berkeping keping. Buyung heran kenapa tiba-tiba
pesan itu yang harus dia terima sebelum dia sempat utarakan cinta dan cerita.
Buyung mencoba
memahami, mencoba tetap bijaksana Buyungpun membalas pesannya. “hadirmu sebuah
nuansa keindahan, semua cerita tuhan penentunya begitu juga cerita kita.” Pesan
tersebut pun di kirimkan kepada Bunga. tak lama kemudian buyung kembali
terhanyut dalam dilema, membaca balasan sms dari si bunga. “Jauhi aku, lupakan
aku, dan jangan ganggu aku, ungkap Bunga seakan memberi isyarat agar Buyung
melupakannya. Dengan sederhana Buyung berkata :”adakah ku bersalah padamu?
Tolong jelaskan padaku hingga ku bisa memperbaikinya. Perlu kau tahu wahai
adinda, dari dulu ku terus berdo’a agar kau yang terbaik bagiku.” Pesan itu
segera dikirimkan kepada bunga.
Setelah tiga
puluh menit tak lagi menerima balasan, buyung kembali mengirim pesan. “Adakah
kehadiran ku selama ini tak bermakna, dan adakah diam solusi untuk kita?,
“buyung lanjutkan ketikan pesannya, “mungkin ku kini harus berdoa jika kepada
yang kuasa dengan bahasa yang berbeda. Harus kah ku meminta jika kau yang
terbaik bagi ku dan aku yang terbaik untukmu maka tuhan persatukanlah kami
hingga ikatan yang halal secara agama, namun jika ku bukan yang terbaik untukku
maka tuntunlah aku untuk melupakannya dan semua cerita tentangnya.” Pesan
itupun di kirimkan buyung dengan hati yang kian terluka.” namun sayang
berkali-kali pesan itu di kirim, laporan pengiriman selalu gagal. Ketika di cek
ternyata pulsanya sudah habis. Ingin keluar mencari pulsa namun Buyung kembali
kesal karena kehilangan kunci kereta.
Keesokan
harinya pun Buyung setelah mengisi pulsa mencoba mengirimkan kembali pesan
semalam, namun juga tak ada balasannya. Buyung yang mulai resah dengan pesan
tanpa balasan, mencoba untuk miscol namun sayang, ternyata nomor hape si Bunga
sudah tidak lagi aktif.
Sejak kejadian
itu, Buyung tak pernah lagi bicara dan komunikasi dengan si Bunga. Namun, ketika 8 februari menjelma Buyung selalu
ingat si Bunga. Berharap hadir dan berjumpa namun keinginan itu juga tak
terlaksana. 8 februari begitu monumental,hari itu ulang tahun si Bunga yang selalu di kenang Buyung sepanjang masa.
Si mata elang dimanakah kau kini, adakah kesempatan untuk kita bersua,hingga
terobat rindu yang terus bersemanyam di dalam jiwa.
Delky Nofrizal
adalah Penulis Muda asal Pantai Barat Selatan
Post a Comment